Konsep seluler mulai muncul di akhir tahun
1940-an yang digagas oleh perusahaan Bell Telephone di Amerika, yang sebelumnya
menggunakan pemancar berdaya pancar besar dan ditempatkan di daerah yang tinggi
dengan antena yang menjulang. diubah menjadi pemancar berdaya kecil. Setiap
pemancar ini dirancang hanya untuk melayani daerah (disebut wilayah cakupan) yang
kecil saja, sehingga disebut sel.
Prinsipnya, kanal-kanal –yang berupa
frekuensi yang sama dapat digunakan secara berulangulang di sel-sel tertentu
pada jarak antar sel tertentu pula, melaui pertimbangan yang matang sehingga
pengaruh interferensinya (saling ganggu bertumpang tindih) dapat diabaikan. Penggunaan
frekuensi yang sifatnya berulang ini dalam system seluler dinyatakan dengan sel
berbentuk heksagonal yang mempunyai tanda huruf atau dapat juga berupa tanda
angka yang sama.
Pemancar di
setiap sel disebut stasiun induk (Base Station), yang sering disingkat dengan BTS (Base Transceiver Station)
atau RBS (Radio
Base Station). Pesawat teleponnya yang dapat ditaruh di
saku sehinga dapat dibawa ke mana-mana disebut pesawat bergerak ‘mobile station’ yang disingkat MS, atau mobile phone, yang istilah populernya di media massa disebut
handphone dengan singkatan populer “HP”, Istilah lazim untuk di Indonesia adalah ‘ponsel’, singkatan dari
‘telepon seluler’.
B.
Tahap
Perkembangan Generasi Telepon Selular
Sistem seluler generasi pertama masih
memakai teknologi analog. Sistem yang dikembangkan di Eropa dan Jepang
bersamaan waktunya dengan yang di Amerika, yakni Advance Mobile Phone Sistem (AMPS). Di Inggris dikembangkan Total Access Communication Sistem (TACS),
di Skandinavia: Nordic
Mobile Telephone Sistem, (NMT)
di Jepang: Nippon Advanced Mobile Telephone Service (NAMTS). Jerman Barat (negara Jerman waktu
itu masih terbagi menjadi dua; Jerman Barat dan Jerman Timur) mengembangkan NETZ-C
(C-450). Kemampuan standar masing-masing sistem tersebut di atas relatif sama
tetapi spesifikasi operasionalnya secara teknik tidak mendunia, karena system dipilih
dan dikembangkan di masing-masing negara untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri,
termasuk pilihan frekuensinya yang ditentukan oleh pita frekuensi radio yang
tersedia di setiap negara secara sendiri-sendiri.
Walaupun konsep penggunaan sel dalam
komunikasi seluler secara teori memberikan kapasitas layanan komunikasi yang
tidak terbatas melalui pemecahan sel jika komunikasi di suatu wilayah sudah
padat, di dalam prakteknya, para operator tetap menghadapi kesulitan sejak dimulainya
penggunaan radio seluler tahun 1990-an. Logikanya jika komunikasi semakin padat
maka harus dibuat sel-sel baru yang ukurannya semakin lama menjadi makin kecil.
Memunculkan komunikasi seluler generasi kedua, dengan kapasitas layanan yang
lebih besar serta tingkat kesesuaian (kompatibiltas ) antar beberapa negara.
Sistem seluler generasi kedua yang
menggunakan teknik digital secara global ada empat macam, yakni :
1. di Eropa, yang juga digunakan secara
internasional; Groupe Speciale Mobile (GSM)
yang yang kini lebih
dikenal dengan Global
Sistem for Mobile;
2. di Amerika
Utara; North American
Digital Cellular (NADC) yang
dikenal dengan IS-54.
3. di Jepang; Japanese Digital Cellular (JDC).
GSM yang kita
kenal sekarang ini melalui nama layanan komunikasi di Indonesia seperti
TELKOMSEL dengan kartu “simpati”-nya, dan PT INDOSAT dengan “mentari”-nya, dan
PT EXELCOMINDO dengan “Pro-XL”-nya merupakan system komunikasi seluler standar generasi
kedua, .yang bertujuan
untuk mengatasi masalah system yang
operasionalnya secara teknis tidak bersesuaian, yang terjadi pada pada sistem
seluler generasi pertama di Eropa, yang berlaku Eropa dalam pita 900 Mhz. di
Eropa, GSM pertama kali diperkenalkan di benua Eropa tahun 1991.
Menjelang akhir tahun 1993, beberapa Negara non-Eropa
seperti di Amerika Selatan, Asia dan Australia ternyata mengacu ke teknik yang digunakan
GSM, yakni DCS 1800, yang menangani layanan
komunikasi personal, yangdisebut Personal Communication Services (PCS) di pita 1,8 GHz sampai 2,0 GHz.
Kemampuan GSM disbanding
sistem yang sudah lebih dulu ada adalah penggunaan modul identitas pelanggan
yang disebut Subscriber
Identity Module (SIMcard), yang
merupakan peranti memori yang menyimpan informasi seperti nomor identifikasi (telepon)
pelanggan, jaringan dan negara-negara tempat pelanggan berhak dilayani,
kunci-kunci pribadi, dan informasi khusus bagi pengguna. Kemampuan kedua GSM yang
mengherankan adalah kerahasiaan di udara yang disediakan oleh sistem. Tidak seperti
telepon seluler analog yang bersifat FM, yang dapat disadap,orang tidak bisa
menyadap atau turut mendengarkan transmisi radio GSM.
Kerahasiaan ini
dibentuk oleh teknik yang dienkripsi digital (diacak dengan kode tertentu) di pemancar
GSM, sesuai dengan kunci kriptografi tertentu yang hanya diketahui oleh
operator. Kunci ini dapat diubah-ubah untuk setiap pengguna. Setiap operator dan
pabrik pembuat GSM harus menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding) sebelum mengembangkan peralatan GSM maupun menyebarkan layanan
sistemnya.
Setiap ponsel GSM
diberi nomor identitas khusus yang disebut dengan singkatan IMEI (International Mobile Equipment Identity) berupa deretan angka sepanjang 15 digit, atau IMEISV (International Mobile Equipment Identity and Software Version Number) 16 digit. IMEI maupun IMEISV memiliki sebuah struktur yang mencakup
sandi persetujuan tipenya yang disingkat dengan TAC (type approval code) dan kode perakitan finalnya yang disebut
FAC (final
assembly code).
C. Sel-Sel
Menggunakan Kanal Frekuensi yang Berulang
Karena Sistem radio seluler menerapkan
sistem sel yang memiliki cakupan wilayah layanan yang tidak begitu luas, maka
kanal-kanal frekuensi transmsinya dapat digunakan berulang-ulang pada jarak
antar sel tertentu. Jarak antar sel ini mempertimbangakan batas minimum yang
diperhitungkan tidak mungkin akan terjadi antara kanal yang berfrekuensi sama.
Setiap BTS sebagai pusat dari sebuah sel
akan diberi alokasi sekelompok kanal radio BTS di sel-sel yang berbatasan dengannya
akan memperoleh sekelompok kanal atau frekuensi lain yang sama sekali berbeda dengan
sel-sel yang mengitarinya.
D. Penduplekan
Dalam Kawasan Waktu dan Frekuensi
Agar dapat dilakukan komunikasi secara
duleks penuh, yakni berbicara dan mendengar secara serentak, dibutuhkan dua saluran
atau kanal sekaligus yang disebut penduplekan. Penduplekan dengan cara
menggunakan frekuensi yang berbeda antara kanal terima dan kanal kirim disebut
‘penduplekan divisi frekuensi’ atau FDD. Cara lain untuk menciptakan penduplekan
adalah dalam kawasan waktu, yang disebut ‘penduplekan divisi waktu’ atau disingkat
dengan TDD. Komunikasi dikirim pada waktu yang berbeda, tetapi pada frekuensi
yang sama.
E.
Perkembangan Sistem Komunikasi
Bergerak
Perkembangan teknologi elektronika dalam
perangkat keras yang semakin lama menjadi semakin kecil bentuknya dan semakin
canggih bekerjanya mendorong perkembangan yang pesat pula dalam system komunikasi
bergerak. Dorongan perkembangan komunikasi bergerak juga terkait dengan
faktorfaktor seperti : adanya tuntutan dari segi kemudahan berkomunikasi dan
kapasitas sistem, teknologi yang lebih murah, ukuran fisik sistem dan piranti
yang lebihkemampuan komunikasi yang sedapat mungkin mendekati kemampuan
komunikasi yang menggunakan transmisi kabel, yang berdimensi multimedia (suara,
data, grafik dan gambar).
Evolusi komunikasi nirkabel bergerak
tampaknya sudah akan mulai masuk ke generasi keempat. Pada sistem seluler generasi
pertama, transmisi data percakapan analog antara BTS atau stasiun induk di
setiap sel dengan pengguna ponselnya memiliki laju rendah, dan tidak efisien.
Tetapi , penyalurannya dari BTS ke MSC, (mobile switching center) atau Sentral Telepon.
Sinyal-sinyal percakapan biasanya
di-digitalkan menggunakan format pemultiplekan divisi waktu (TDM) yang sudah distandarkan,
dan selalu berbentuk digital dalam penyaluran selanjutnya dari MSC ke PSTN.
Jika pada sistem komunikasi generasi pertama yang terutama dirancang untuk
percakapan, jaringan-jaringan nirkabel generasi kedua secara khusus sudah dirancang
untuk dapat pula melakukan fungsi radio panggil, layanan data lainnya seperti faksimil,
dan pesan singkat (SMS).
Sistem komunikasi bergerak generasi ketiga
menggunakan jaringan digital layanan terpadu berpita lebar (B-ISDN) untuk mengakses
jaringan-jaringan informasi, seperti: internet dan basis data publik maupun
data pribadi Munculnya berbagai istilah seperti Personal Communication Sistem (PCS) dan Personal Communication Network (PCN) menandai munculnya system generasi
ketiga bagi perangkat perangkat genggam (ponsel)-nya. Nama lain dari PCS ini
termasuk Future
Public Land Mobile Telecommunication Sistems (FPLMTS) untuk penggunaan di seluruh dunia,
yang juga dikenal dengan nama International
Mobile Telecommunication 2000 (IMT 2000), dan Universal Mobile Telecommunication Sistem (UMTS).
0 komentar:
Post a Comment